'GALAU KULIAH' SO...?
"Kuliah?" dengan sinis Thia bertanya kepada ibunya. Kemudian ia melanjutkan: "Buat apa kuliah?" Sang ibu sedih melihat anak gadisnya sudah tidak lagi bersemangat. Padahal satu setengah tahun lalu, saat Thia belum tamat SMA, dengan penuh antusias ia ingin sekali bisa cepat kuliah. Ketika Thia diterima di Universitas X yang konon sangat terkenal, orang tua Thia berusaha mati-matian agar bisa menyekolahkan putri tunggal mereka, sekalipun biaya perkuliahan di sana mahal.
Sekarang, semua itu sudah berlalu... Sudah lebih dari sebulan Thia diam di rumah dan mogok kuliah. Setiap kali ibunya bertanya tentang kuliahnya, dengan gaya khasnya ia akan mengangkat bahu dan berkata, "Nggak tahuakh."
Sejak duduk di bangku SMP Teens perlu pikirkan, mau ke mana dan apa yang sesuai minatmu. Sadarilah bahwa untuk bekerja tidak perlu ijazah SMA, karena akan lebih berguna seorang tamatan SMK yang sesuai dengan minat kita. Dari ijazah SMK pun seseorang bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Bila kita ternyata ingin cepat bekerja dan dibutuhkan keluarga untuk mendukung pembiayaan adik-adik atau orang tua, maka sebaiknya ambil SMK dan langsung bekerja. Saat kita sudah bekerja dan bisa membiayai kuliah, maka terbuka kesempatan melanjutkan kuliah.
Selain Thia, ada juga Dav, seorang pemuda gereja yang berbakat. Dav berasal dari latar belakang keluarga yang baik, secara ekonomi maupun status sosial-masyarakat. Dav mengikuti saran orang tuanya untuk meneruskan usaha sang ayah di bidang konstruksi. Ayah Dav berharap, anak-anaknya dapat meneruskan usaha keluarga dan memilih menjadi Insinyur. Jadilah Dav masuk salah satu universitas swasta dan mengambil jurusan Tehnik Sipil. Semula ia merasa nyaman dan tertarik, namun karena pada dasarnya ia bukan pencinta hitung-menghitung dan tidak menjiwai dunia tehnik, ia mulai merasa bosan kuliah. Dav berusaha bertahan dan berharap ia dapat mengantongi gelar kesarjanaan, sesuai harapan ayahnya. Jika ia saat ini ditanya, mengapa kuliah tehnik? Spontan Dav akan menjawab: "Buat menyenangkan hati Bokap gua". Nampaknya suatu perbuatan mulia, tetapi kehilangan 'jiwa'.
Sementara Dav berusaha menerima dan berdamai dengan dirinya dengan cara memilih mengikuti pilihan dan permintaan ayahnya, Dav berusaha bertahan dan menyelesaikan kuliah Tehnik Sipilnya. Namun di sisi lain, ia semakin sadar bahwa ia sedang tidak menjadi dirinya sendiri.
APA YANG TERJADI?
Kegalauan dalam dunia perkuliahan semakin banyak dirasakan oleh orang muda di zaman ini. Banyak di antara mereka merasa penting mempunyai status mahasiswa, sekalipun tidak jelas setamat kuliah mau ke mana. Lebih jauh mereka pun merasa 'cita-citanya kabur', tidak tahu mau jadi apa, dan mengapa kuliah. Akibatnya, kadang kala mereka 'macet' saat kuliah. Mungkin itulah yang dirasakan Thia dan Dav; merasakan kuliah sebagai beban hidup yang berat.
Pasalnya Teens, kita tidak sekadar merasa tersesat di dalam kemacetan, lebih dari itu merasa sesak dan ditekan rasa bersalah. Thia sadar bahwa orang tua telah berusaha semaksimal mungkin agar ia dapat berkuliah, namun semua kesempatan dan sarana itu sekarang telah ia buang percuma.
Dalam kegalauan hati orang muda di usia 18-20 tahun, ada banyak alternatif sikap yang bisa mereka pilih. Penting untuk Teens melihat bahwa:
- Kuliah bukan sekadar untuk mencari kerja. Banyak orang tua yang mengarahkan anaknya untuk ambil jurusan kuliah yang nantinya mudah mencari kerja. Mari kita kritisi bahwa kerja kita bukan karena dorongan materi semata, melainkan betapa kita harus bertanggung jawab dengan karunia serta talenta yang Tuhan beri.
- Lihatlah betapa banyak orang yang bisa kreatif berusaha, sekalipun pendidikannya setingkat SMA. Dengan demikian kuliah kita bukan bertujuan untuk mendapatkan ijazah, melainkan untuk menjadi orang yang berkreasi sesuai minat serta kemampuan yang Tuhan beri.
BAGAIMANA MENGATASINYA?
Betapapun Thia merasa kehilangan arah dan motivasi kuliah, namun ia tidak merasa 'kehilangan Tuhan'. Dalam keadaan galau hati, justru ia menjadi lebih dekat kepada Tuhan. Memang ini semua relatif tentunya, sampai suatu hari dalam sebuah Pelatihan Kepemimpinan yang diselenggarakan untuk anggota Komisi Remaja, ia mendapat 'berkat' ketika belajar tentang mencari Tuhan dan kehendak-Nya. Beberapa perenungan yang Thia mulai pikirkan antara lain:
- Pasti ada rencana Tuhan buat hidup dan kariernya. Ia sudah mendapat kesempatan masuk sekolah sejak kecil dan memasuki bangku universitas seperti saat ini, apakah ini sebuah kebetulan?
- Bukankah Tuhan berkuasa seperti seorang tukang periuk? (lih. Yer. 18:4) "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya."
Akhirnya, dalam kegalauan hati ia berusaha berdoa, seraya bertanya kepada Tuhan dan berharap ada kedamaian dalam dirinya.
Ketika Thia dan Dav bukan satu-satunya teman Teens, maka kita diajak ingat bahwa setiap orang perlu berproses dalam hidupnya. Di dalam kegagalan, juga keberhasilan, kita menemukan Tuhan berkarya. Kegalauan menjadi wajar ketika kita sedang menggumuli apa rencana Tuhan dalam hidup kita, sebaliknya menjadi sesuatu yang membuat kurang nyaman ketika kita membanding-bandingkan keadaan kita dengan keadaan orang lain.
Galau bisa menjadi titik berhenti sesaat lalu bertanya tentang 'mau jalan ke mana nih'? Namun, galau bisa mengganggu ketika kita menjadi resah dan merasa diri berada di jalan tersesat lalu menyalahkan diri sendiri.
Tips berikut yang bisa dipertimbangkan adalah Teens belajar menerimahobby atau cita-cita kita sebagai 'mutiara terpendam'. Pertama, dewasa ini ada bidang kuliner yang ternyata diminati banyak orang, berguna dan menguntungkan. Berpikirlah out of the box, dalam arti ada banyak kemungkinan yang bisa Teens kerjakan kelak setamat kuliah. Hobby bisa ditekuni menjadi pekerjaan dan usaha yang dikembangkan sehingga berguna bagi masyarakat. Juru masak, dan peracik berbagai resep kuliner sesungguhnya sedang bereksplorasi terhadap diri dan juga memanfaatkan berbagai sarana alam yang Tuhan berikan.
Kedua, belajar atau kuliah dengan hati, dan segenap jiwa atau pikiran. Mengapa perlu hati? Pertama-tama, Teens perlu kita ingat bahwa status mahasiswa bukan segala-galanya, kita perlu menjadi manusia yang berani berkreasi dan bukan copy paste atau sekadar mencari status (baca: gagah-gagahan kuliah).
BAGAIMANA MENCEGAHNYA?
Mulailah dengan membiasakan diri tidak mengalami 'trial and error' dalam hidup kita, Teens. Dalam dunia perkuliahan bisa terjadi merasa salah pilih jurusan. Dalam dunia kerja bisa terjadi merasa tidak nyaman bekerja dan kehilangan makna hidup, saat bekerja tanpa ada tujuan.
Satu hal penting kita ingat dan ketahui bahwa berani bertanya kepada diri sendiri merupakan langkah awal yang penting. Bertanya kepada diri dan melakukan self-talk atau self-dialog menjadi salah satu langkah awal yang baik. Jauhi kebiasaan sekadar 'ikut teman' ataupun 'ikut kata orang', biasakan mengeksplorasi diri sendiri.
Paling mudah ketika kita memilih jurusan kuliah, lakukanlah:
- Cari mata pelajaran apa yang nilainya paling baik. Biasanya orang akan merasa nyaman ketika belajar yang sesuai dengan minatnya, dan hasilnya adalah nilai yang didapat optimal (terbaik dari dirinya). Sebagai contoh; bila Matematika kurang Teens minati, maka jangan paksakan diri mengambil jurusan tehnik, akuntansi ataupun eksakta lainnya.
- Carilah pelajaran apa yang relatif paling nyaman kita pelajari (baca: paling cepat dan mudah dimengerti). Ingatlah beberapa semester belajar menjadi sesuatu yang harus kita lakukan selama kuliah.
- Lakukan tes bakat dan minat (tes psikologis) bila terasa kita butuh mempertajam fokus pilihan kita. Beberapa bentuk tes psikologis ini menjadi sarana untuk melihat arahan minat dan kemampuan dasar yang bisa Teens kembangkan lebih lanjut.
- Lebih lanjut buat Teens yang menjadi calon mahasiswa, dan sedang mencari jurusan bidang studi perlu juga membaca dan mencari informasi tentang apa yang akan menjadi tugas akhir, misalnya dengan membaca skripsi alumni.
- Bila ternyata skripsi yang dihasilkan para alumni tidak sesuai dengan minat kamu, maka bertanyalah dengan mereka yang sudah tamat. Carilah kakak-kakak yang bisa kamu ajak bertukar-pikiran.
KESIMPULAN
Teens, betapapun kehidupan kita bisa menjemukan, betapapun kita sedang merasa 'macet', penting untuk mengenali 'di mana saya berada sekarang'. Lakukan langkah selanjutnya, dengan "Sekarang saya mau berjalan ke mana?" dengan kata lain, mempunyai tujuan dan sadar akan pentingnya menetapkan tujuan baru, harus kita miliki.
Lebih jauh, pengalaman tersesat dan macet membuat kita lebih peka dan bersiap dengan peta dan informasi alamat yang lebih lengkap. Demikianlah kita lebih dipersiapkan untuk kuliah ketika kita sudah mencari banyak informasi tentang jurusan yang kita tuju bahkan profesi yang kita cita-citakan. Apakah masih ada hal lain yang bisa kita lakukan? Tentu banyak hal bisa kita buat. Berdoa dan mohon agar diri berdamai dengan kegalauan hati yang sedang dialami. Berupaya dan teruslah mencari kehendak Tuhan buat Teens secara pribadi.